MANADOLIVE.CO.ID, BILTIM – Pada Jumat, 25 Oktober 2024, bertempat di Aula Gedung Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Pemkab Boltim) di Tutuyan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi (FKM Unsrat) menyelenggarakan sosialisasi hasil penelitian kesehatan masyarakat di Kotabunan, Bulawan, dan Tutuyan, yang pengambilan sampelnya dilakukan pada Agustus 2024.
Sosialisasi ini dihadiri oleh Pj Bupati Pemkab Boltim, Bapak Lukman Lapadengan, S.E., M.Si., Sekretaris Daerah (Sekda) Boltim, Bapak Ir. Jefri Soni Warokka, Ph.D., kepala dinas terkait, camat, tim dokter dan perawat puskesmas serta puskesmas pembantu, sangadi, serta wakil masyarakat desa lingkar tambang.
Penelitian ilmiah independen ini dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi bersama PT Asih Eka Abadi (AEA) dan diinisiasi oleh PT Arafura Surya Alam (ASA) untuk melihat kondisi kesehatan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan logam berat, sebelum ASA memulai kegiatan penambangan.
“Penelitian ilmiah dan independen yang memotret kesehatan masyarakat di tahap ini bagus karena bisa dipakai sebagai baseline yang menggambarkan rona awal, sehingga pemerintah dan masyarakat tahu kondisi kesehatan masyarakat sebelum perusahaan tambang ASA melakukan penambangan,” ujar Sekda Boltim.
Penelitian ini, yang dilaksanakan dengan izin dari Pemkab Boltim, menggunakan kuesioner dan pengambilan sampel melalui darah, rambut, dan urine kepada 200 orang responden di lima desa, yaitu Kotabunan Induk, Bulawan Induk, Kotabunan Barat, Kotabunan Selatan, dan Desa Tutuyan Tiga yang berfungsi sebagai kontrol.
Responden tersebut mewakili berbagai jenis pekerjaan, yaitu penambang tradisional, petani, nelayan, pegawai pemerintah, pegawai formal, pegawai informal, ibu rumah tangga, siswa, dan yang tidak bekerja. Kadar beberapa logam berat yang diukur dalam penelitian ini meliputi kadmium, selenium, arsenik, dan timbal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar logam berat masih dalam kisaran yang tidak signifikan membahayakan kesehatan. Namun demikian, pada sejumlah responden ditemukan kadar logam berat yang tinggi, yang kemungkinan terkait dengan paparan dari penambangan tradisional, gaya hidup (seperti merokok), serta pola konsumsi makanan.
“Penelitian ini diapresiasi karena memberi masukan berharga yang akan ditindaklanjuti oleh pemerintah, masyarakat, dan perusahaan untuk membahas langkah selanjutnya,” pungkas Sekda Boltim.***